• Redaksi
  • Kode Etik
  • Terms of Service
  • Indeks Berita
Minggu, 28 Februari 2021
No Result
View All Result
Suarabali.com
  • Home
  • Nasional
  • Politik
  • Ekonomi
  • Seni & Budaya
  • Teknologi
  • Kuliner
  • Wisata
  • Inspirasi
  • Wake Up
  • Home
  • Nasional
  • Politik
  • Ekonomi
  • Seni & Budaya
  • Teknologi
  • Kuliner
  • Wisata
  • Inspirasi
  • Wake Up
No Result
View All Result
Suarabali.com
No Result
View All Result
Home Berita

Natalius Pigai Dihina, Jamiluddin Ritonga: Sering Terjadi di Indonesia

Natalius Pigai Dihina, Jamiluddin Ritonga: Sering Terjadi di Indonesia

Pengamat Komunikasi Politik Universitas Esa Unggul M. Jamiluddin Ritonga. (Ist)

Jakarta, suarabali.com – Pengamat Komunikasi Politik Universitas Esa Unggul M. Jamiluddin Ritonga mengomentari kasus unggahan foto mantan Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai dan gorila di akun facebook milik Ambroncius Nababan. Menurut dia, kasus seperti ini sering terjadi di Indonesia.

“Kasus tersebut sebenarnya sering terjadi di Indonesia. Apa yang diwacanakan seseorang tidak direspons apanya, tapi lebih pada siapa yang berwacana. Akhirnya yang diserang pribadi siapa yang menyampaikan wacana,” kata Jamiluddin Ritonga di Jakarta, Selasa (26/1/2021).

Dia mengatakan kasus SBY dan AHY dengan Yusuf Leonard Henuk juga demikian. Ketika SBY mewacanakan terkait vaksin Covid-19, Yusuf Leonard Henuk menyebut SBY bodoh dan sok suci.

“Saat AHY mewacanakan jatuhnya pesawat Sriwijaya Air, Yusuf Leonard Henuk menyebutnya bodoh,” ucapnya.

Saat seseorang mengkritik pemerintah, kata Jamiluddin, seperti Ribka Tjiptaning menolak divaksin Covid-19, maka ia disebut pengkhianat dan tidak tahu diri.

“Contoh tersebut mengindikasikan, dalam berwacana di media massa dan media sosial kerap berujung serangan pada pribadi yang berwacana. Kecenderungan ini tentu tidak sehat dalam perkembangan demokrasi di tanah air,” ujarnya.

Padahal, menurut dia, wacana di negara demokrasi idealnya menjadi sarana untuk mencari kebenaran, sehingga bermanfaat bagi masyarakat .

Khusus pemerintah, kata dia, wacana yang sehat dapat memberi masukan untuk pengambilan kebijakan atau mengoreksi suatu kebijakan. Namun, hal itu tidak terjadi karena wacana di Indonesia tidak menyerang pendapat seseorang, tetapi justru menyerang orangnya.

“Wacana tidak sehat tersebut seyogyanya harus diubah dengan menyerang pendapatnya, bukan orangnya. Kalau hal itu yang dilakukan, wacana di Indonesia akan produktif sehingga bermanfaat pada masyarakat dan pemerintah,” tutur penulis buku Perang Bush Memburu Osama ini. (Tjg)

Aertikel Selanjutnya
KKP dan BI Tiru Pembangunan Coral Garden untuk Lombok

KKP dan BI Tiru Pembangunan Coral Garden untuk Lombok

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Recommended

Presiden Jokowi Apresiasi Penangkar Burung, Termasuk Jalak Bali

Presiden Jokowi Apresiasi Penangkar Burung, Termasuk Jalak Bali

3 tahun lalu
BPD Bali Luncurkan Aplikasi Layanan Online untuk Masyarakat Adat

BPD Bali Luncurkan Aplikasi Layanan Online untuk Masyarakat Adat

1 tahun lalu

Berita Populer

  • Cok Ace Sebut Bali Akan Buka Pintu untuk Wisatawan Tiongkok

    Cok Ace Sebut Bali Akan Buka Pintu untuk Wisatawan Tiongkok

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ‘Liur Emas’ dari Sumba Terbang ke Surabaya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Si Jagal Papua Jadi Incaran Para Pecinta Burung

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Bunga Pukul Sembilan dan Ragam Khasiatnya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ikut Lomba, 4 Ekor Murai Batu dan 20 Ekor Kacer Terbang ke Surabaya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Redaksi
  • Kode Etik
  • Terms of Service
  • Indeks Berita

© 2020 Suara Bali Media All Right Reserved.

No Result
View All Result
  • Home
  • Nasional
  • Politik
  • Ekonomi
  • Seni & Budaya
  • Teknologi
  • Kuliner
  • Wisata
  • Inspirasi
  • Wake Up

© 2020 Suara Bali Media All Right Reserved.