• Redaksi
  • Kode Etik
  • Terms of Service
  • Indeks Berita
Selasa, 2 Maret 2021
No Result
View All Result
Suarabali.com
  • Home
  • Nasional
  • Politik
  • Ekonomi
  • Seni & Budaya
  • Teknologi
  • Kuliner
  • Wisata
  • Inspirasi
  • Wake Up
  • Home
  • Nasional
  • Politik
  • Ekonomi
  • Seni & Budaya
  • Teknologi
  • Kuliner
  • Wisata
  • Inspirasi
  • Wake Up
No Result
View All Result
Suarabali.com
No Result
View All Result
Home Berita

Memulihkan Pariwisata Bali Lewat World Music Festival

Memulihkan Pariwisata Bali Lewat World Music Festival

Pagelaran World Music Festival 2019 di Puri Gede, Karangasem pada 11-13 Oktober 2019. (Ist)

Karangasem, suarabali.com – Karangasem World Music Festival 2019 yang berlangsung pada 11-13 Oktober 2019 di Puri Gede, Karangasem Bali, diharapkan membantu memulihkan kinerja pariwisata Bali pasca-meningkatnya status aktivitas Gunung Agung.

Tenaga Ahli Menteri Pariwisata Bidang Pemasaran dan Kerjasama Pariwisata Kementerian Pariwisata Prof. Dr. I Gde Pitana menjelaskan, event tersebut merupakan salah satu rangkaian Program Bali Recovery 2019.

“Sejak peningkatan aktivitas Gunung Agung pada September 2017, pariwisata Bali menghadapi tantangan yang begitu besar. Banyak negara dan wisatawan maupun calon pengunjung khawatir terhadap kondisi Bali saat itu,” katanya, Sabtu (12/10/2019).

Dia mengatakan, dengan musik yang menjadi bahasa universal, diharapakan World Music Festival ini sebagai trigger untuk memulihkan ekosistmem pariwisata di Karangasem.

“Berbagai upaya pun telah dilakukan Kemenpar untuk memulihkan kepercayaan internasional, sehingga citra pariwisata Bali sebagai ikon pariwisata Indonesia dapat kembali normal,” katanya.

Prof Pit, sapaan akrab I Gede Pitana menambahkan, Program Bali Recovery yang digagas Kemenpar terus dilakukan dengan menggunakan berbagai pendekatan dan strategi. Di antaranya melalu jalur diplomasi, promosi pariwisata, hingga penyiapan mitigasi. Salah satu program Kemenpar adalah dengan menggelar berbagai event berskala internasional dalam rangkaian Program Bali Recovery.

“Berbagai event telah dilaksanakan di delapan kabupaten dan satu kota se-Provinsi Bali, di antaranya di Kabupaten Karangasem,” katanya.

Adapun event yang digelar oleh Kemenpar bekerja sama dengan Bali Tourism Board dan Dinas Pariwisata Karangasem, meliputi Festival Pesona Tulamben, Discover Karangasem, Brotherhood Champ, Miss Universe Reunion, Festival Pesona Edelweiss, dan Karangasem Music World Festival.

Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri mengatakan, Karangasem World Music Festival sendiri adalah bagian yang terintegrasi dari program aktivasi branding Karangasem. Program itu yakni The Spirit of Bali, yang berfokus pada pengelolaan dan pengembangan sumber daya sehingga menjadi manfaat bagi masyarakat Karangasem dan pengalaman berharga bagi wisatawan.

“Karangasem World Music Festival 2019 menjadi satu rangkaian utuh dengan program acara lain yang memunculkan dimensi baru pariwisata di Karangasem,” ujarnya.

Program ini telah dijalankan sejak 2016 sampai 2018 dan tercatat berhasil membawa Karangasem untuk dapat meningkatkan kunjungan wisatawan mencapai hampir 200 persen. Karenanya, Karangasem akan terus mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan baru yang relevan dengan dinamika zaman, dalam mengembangkan destinasi dengan mengajak para pemangku kepentingan yang lain.

Panitia Karangasem World Music Festival 2019 Ida Bagus Agung Gunarthawa menyatakan, Karangasem World Music Festival dikemas untuk menjembatani persaudaraan dan keragaman lewat musik, dengan asosiasi memadukan irama Segara-Gunung. Dengan mengedepankan semangat tersebut, diharapkan terbangun solidaritas dan apresiasi yang akan membawa pada kehidupan yang lebih baik.

“Dalam upaya menjaga harmoni ruang musikal tubuh dengan alam semesta raya, dalam peradaban Bali mengenal momentum khusus yang dikenal dengan Hari Raya Tumpek Krulut. Momentum istimewa ini diperingati setiap 210 hari sekali. Menurut kalender solar-lunar system, fenomena itu terjadi manakala penanggalan Bali menunjuk hari Saniscara atau Sabtu Kliwon dalam wuku Krulut atau pekan ke-17. Wujud prosesionalnya berupa pemuliaan terhadap instrumen musik Bali tradisional yang dinamakan gamelan,” ungkapnya.

Dia mengatakan, gamelan sebagai orkestra Bali tidaklah semata-mata menghamparkan rasa religius-spiritual. Dalam konteks sosio-politik, gamelan juga menjadi sedemikian jelas dan jernih mengetengahkan demokrasi.

“Semua instrumen diberi hak mengeluarkan nada dan suaranya masing-masing. Namun, semua akhirnya dibingkai dalam satu payung bernama irama, sehingga terciptalah komposisi yang indah dan harmonis,” katanya. (*)

Aertikel Selanjutnya
Tingkatkan Layanan, Pemandu Wisata di Labuan Bajo Dilatih Kompetensi

Tingkatkan Layanan, Pemandu Wisata di Labuan Bajo Dilatih Kompetensi

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Recommended

Bule Prancis Ditemukan Tewas di Guest House Delima, Ini Penyebabnya

Bule Prancis Ditemukan Tewas di Guest House Delima, Ini Penyebabnya

2 tahun lalu
Keluarkan UMKM dari Relaksasi DNI, Jokowi: Jangan Ragukan Komitmen Saya untuk UMKM

Keluarkan UMKM dari Relaksasi DNI, Jokowi: Jangan Ragukan Komitmen Saya untuk UMKM

2 tahun lalu

Berita Populer

  • Pecinta Tanaman Hias Incar Paku Tanduk Rusa Kalimantan

    Pecinta Tanaman Hias Incar Paku Tanduk Rusa Kalimantan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Cok Ace Sebut Bali Akan Buka Pintu untuk Wisatawan Tiongkok

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ‘Liur Emas’ dari Sumba Terbang ke Surabaya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Si Jagal Papua Jadi Incaran Para Pecinta Burung

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Bunga Pukul Sembilan dan Ragam Khasiatnya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Redaksi
  • Kode Etik
  • Terms of Service
  • Indeks Berita

© 2020 Suara Bali Media All Right Reserved.

No Result
View All Result
  • Home
  • Nasional
  • Politik
  • Ekonomi
  • Seni & Budaya
  • Teknologi
  • Kuliner
  • Wisata
  • Inspirasi
  • Wake Up

© 2020 Suara Bali Media All Right Reserved.