Tabanan, suarabali.com – Komandan Resimen Induk Kodam (Danrindam) IX Udayana Kolonel Inf. Joao Xavier Barreto Nunes nekat membangun tembok pembatas antara Kompleks Rindam dengan pemukiman warga yang lokasinya bersebelahan dengan rumah anggota dan lapangan latihan bagi prajurit.
Saat ditemui di Rindam IX Udayana di Tabanan, Rabu (2/12/2020), pria kelahiran Timor Leste ini mengatakan kondisi tersebut sudah terjadi selama lebih dari 30 tahun dan tidak pernah bisa diselesaikan.
“Puncaknya terjadi pada tanggal 10 November 2020 lalu. Saat itu hujan lebat kurang lebih sehari semalam. Banjir melanda pemukiman anggota dan fasilitas latihan TNI. Air sampai sepinggang orang dewasa. Saya terjun langsung. Dalam sehari saya sampai tiga kali ganti pakaian karena harus terjun ke tengah banjir,” ujarnya.
Dia mengisahkan, saat hujan lebat semalaman, tepat pukul 05.00, hari masih gelap, dia bersama beberapa anggota cek lokasi. Ternyata air sudah setingi pinggang.
“Sumbernya ternyata berasal dari pemukiman warga, yang tidak memiliki drainase. Aliran air dibiarkan masuk ke kompleks Rindam,” ujarnya.
Melihat kondisi itu, dia nekat membangun tembok pembatas antara Rindam dengan pemukiman warga. Tembok sepanjang hampir 100 meter lebih itu dibangun secara swadaya. Saat membangun ada yang sumbang semen, ada yang sumbang pasir, batu, makanan, dan sebagainya.
“Saya tanya sama masyarakat Rindam atau warga saya bahwa selama 33 tahun yang tinggal di sini, mereka katakan setiap tahun langganan banjir. Solusinya saya membangun pagar,” ujarnya.
Namun, saat bangun pagar tembok, banyak yang protes, terutama warga sekitar. Ratusan warga demo. Sebab, saat hujan berikutnya, giliran pemukiman warga yang kebanjiran. Pertemuan dilakukan. Intinya, saat hujan air tidak menggenangi rumah warga. Aspirasi warga diterima.
Persoalan utama adalah di pemukiman warga tidak ada saluran air. Alur air dialihkan mengarah ke Kompleks Rindam IX Udayana. Tembok dibangun untuk pembatas dan alur air dikembalikan ke tempat semula. Sebab, ternyata setelah ditelisik, banyak alur air yang ditutup untuk pemukiman.
Setelah dijelaskan, masyarakat akhirnya memahami. “Intinya, kita cari jalan keluar bersama-sama. Masyarakat di pemukiman juga warga saya. Mereka adalah warga negara Indonesia. Mereka warga saya juga. Sementara anggota saya juga jangan sampai jadi korban,” ujarnya.
Akhirnya, dilakukan koordinasi dengan pemerintah setempat dengan Dinas PU dan BPBD setempat. Dinas PU sudah datang melihat langsung. Rencananya akan dianggarkan di tahun 2021. Pembangunan drainase akan dilakukan dengan membangun gorong-gorong di bawah jalan utama.
“Saya sudah hitung. Selokan kira-kira sepanjang 300 meter saja,” ujarnya. (05)