Badung, suarabali.com – Gubernur Bali Wayan Koster membuka secara resmi sidang Sinode ke-47 Gereja Protestan Bali di Aula SMK Wira Harapan, Dalung, Kuta Utara, Badung, Selasa (4/8/2020). Dalam kesempatan ini, Koster mengajak masyarakat dari semua agama, suku, dan golongan yang tinggal di Pulau Dewata untuk ikut bersama-sama membangun Bali.
Caranya, kata Koster, dengan mendukung segala program yang dilaksanakan pemerintah daerah. Dia juga menegaskan betapa pentingnya menjaga kondusivitas Bali sebagai daerah yang bertumpu pada sektor pariwisata.
“Mari secara bersama-sama kita jaga Bali tanpa melihat suku, agama, ras, dan golongan. Seluruh krama Bali siapapun itu, asal sudah tinggal di Bali, wajib membangun Bali. Jangan sampai ada orang yang datang ke Bali tujuannya hanya untuk merusak Bali. Jikapun ada, mari kita hadapi bersama sama. Kita harus bangun kesadaran Bali milik kita bersama. Jadi, harus dijaga sebaik-baiknya dengan penuh tanggung jawab agar Bali tetap ajeg,” kata gubernur asal Desa Sembiran, Buleleng ini.
Sebagai Gubernur Bali, Koster menyadari tanggung jawabnya untuk membina seluruh masyarakat tanpa memandang suku, agama, ras, dan golongan. Untuk umat Kristen Protestan, Koster meyakini selalu memberikan contoh kerukunan dalam pelaksanaan kehidupan sehari-hari.
“Di Bali, kehidupan beragama sangat baik, interaksi sangat guyub. Inilah hal-hal penting yang perlu dibangun guna kemajuan Bali,” tuturnya.
Lebih jauh, Koster juga menyinggung peranan masyarakat Bali yang berhasil menekan laju penyebaran wabah virus corona melalui keberadaan desa adat. Keberhasilan itu, kata dia, sepatutnya juga diikuti umat lain untuk berperan dalam mencegah penyebaran pandemi COVID-19.
Sementara Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Bali Ida Panglingsir Agung Putra Sukahet menyampaikan harapannya agar Sinode Gereja Protestan berjalan aman dan berhasil memilih Majelia Sinode, Dewan Pertimbangan, dan Badan Pengawasan Perbendaharaan yang amanah serta dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi umatnya dan masyarakat Bali secara umum.
“Saya selaku pembina kerukunan umat beragama sangat berharap agar nanti Bishop dan pengurus yang terpilih selalu membina dan menuntun umat Kristen untuk menjadi umat Kristen yang sebaik-baiknya sebagai umat,” katanya.
Dalam laporannya, Ketua Panitia Sinode ke-47 Luh Suartini menyebutkan Sinode digelar setiap 4 tahun sekali. Kemudian dibagi lagi periode tiap 2 tahun sekali untuk evaluasi program yang sudah dilaksanakan 2 tahun ke belakang dan yang akan dilaksanakan 2 tahun ke depan.
Dia juga menyampaikan jumlah peserta yang mengikuti acara tersebut sekitar 490 orang dengan rencana anggaran sebesar Rp 511 juta. (Dae/Sir)